Jumat, 13 September 2013

Sejarah Perkembangan Seni Kriya dan Peninggalannya di Indonesia
1.      Zaman seni kriya

a.      Zaman Batu Tua
Budaya zaman batu tua (Palaeolithikum) merupakan bentuk kebudayaan tertua di Indonesia yang lahir dari komunitas manusia purba. Contoh peninggalannya antara lain chooper yang ditemukan di Pacitan, flakes yang ditemukan di Ngandong, serta peralatan dari tulang yang ditemukan di sekitar Ngandong dan Sidoarjo. Benda-benda yang dihasilkan tersebut bentuknya masih kasar (masih seperti bentuk aslinya, misalnya batu).
  1. Zaman Batu Tengah
Budaya zaman batu tengah (mesolithikum) merupakan bentuk kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia purba(umumnya telah memiliki akal dan sanggup untuk menuangkan dan mengekspresikan ide yang ada) yang bentuknya sudah mulai memperhatikan nilai estetika. Contoh peninggalan pada zaman kebudayaan ini antara lain benda-benda pakai seperti wadah, tembikar, perhiasan, serta berbagai bentuk kapak persegi dan kapak lonjong.
  1. Zaman Batu Besar
Budaya zaman batu besar (megalithikum) merupakan bentuk kebudayaan manusia purba yang bahannya berasal dari batu-batu besar. Contoh peninggalannya adalah menhir, punden berundak, dan waruga.
  1. Zaman Perundagian
Budaya perundagian atau budaya logam ( logam disini diartikan dengan perunggu, emas dan besi, karena di Indonesia tidak dilewati oleh kebudayaan tembaga) adalah jenis kebudayaan dari masyarakat pra-sejarah yang menggunakan logam dalam pembuatan benda-benda dan seni kriya untuk melengkapi kebutuhan hidupnya. Kebudayaan ini diperkirakan mulai berkembang sekitar 500 SM. Contoh peninggalan pada zaman perundagian yang dapat kita temui antara lain kapak corong, candrasa, nekara, moko, topeng emas, serta bejana.
  1. Zaman Kerajaan Hindu-Budha     
Budaya zaman kerajaan Hindu-Budha di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh kedatangan para pedagang-pedagang dari wilayah Persia, Gujarat, dan India. Kedatangan para pedagang tersebut mengakibatkan adanya akulturasi pada kebudayaan asli Indonesia. Contohnya dapat dilihat dari peralatan rumah tangga pada zaman kerajaan Hindu-Budha yang dihiasi ornamen-ornamen yang berupa stilasi (penggayaan) tumbuhan, bunga, kala, dan naga dalam bentuk yang bervariasi.
  1. Zaman Kerajaan Islam
Budaya zaman kerajaan Islam di Indonesia lebih dipengaruhi oleh para pedagang dan pemuka agama (ulama) yang berasal dari Gujarat. Contoh kebudayaan yang masi dapat kita jumpai di masa sekarang adalah bentuk arsitektur-arsitektur masjid, wayang kulit, dan lukisan-lukisan yang bertuliskan huruf/aksara Arab.
  1. Zaman Modern
Bentuk budaya modern adalah segala sesuatu yang dapat kita temui di masa sekarang ini. Masyarakat telah mengenal dan mengembangan seluruh kebudayaan yang ada pada masa lalu. Masyarakat telah mengenal modernisasi, sehingga seluruh pengerjaan pembuatan benda-benda kriya tidak hanya menggunakan tangan, tetapi juga telah menggunakan alat/mesin. Contohnya dalam pembuatan batik, masyarakat telah mengenal teknik pembuatan dengan cara cap ataupun dengan sablon printing. Pembuatan gerabah, keramik, dan guci pun telah menggunakan cetakan-cetakan yang terbuat dari besi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekarang telah dapat memadukan dan mengembangkan segala kebudayaan yang ada untuk menunjang pembuatan seni kriya yang ada.
  1. Zaman sekarang
Perkembangan seni kria di zaman sekarang ini sangat pesat, baik dari segi bentuk, motif/ragam hiasan , bahan, dsb. Hal ini disebabkan karena kemajuan teknologi dan seni kria di Indonesia sekarang ini sebagai sumber devisa. Benda kria yang dihasilkan antara lain: kria ukir kayu, anyaman bambu, kerajinan kuningan, perak, emas, kerajinan kulit, kria keramik, kria tenun, kria batik, dll.

  1. Jenis-jenis Seni Kriya di Nusantara

a.       Seni kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis. Contohnya: tas, sepatu, wayang dan lain-lain.
b.      Seni kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang digunakan biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Contohnya pisau, barang aksesoris, dan lain-lain.
c.       Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain. Contohnya mebel, relief dan lain-lain.
d.      Seni kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, enceng gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.
e.        Seni kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing). Contohnya: baju, gaun dan lain-lain.
f.       Seni kerajinan keramik, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain.

3.      Teknik dan Bahan Karya Seni Kriya
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir, membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.
  1. Teknik cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari bahan perunggu seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
  • Teknik Tuang Berulang (Bivalve)
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua dan valve berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.
  • Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)
Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak terdapat sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.
  1. Teknik Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:
  • Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
  • Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
  • Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual.
  • Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
  • Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.
  1. Teknik membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahap nglorod yaitu penghilangan malam.
Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik pada umumnya sebagai berikut:
  • Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan baju kaos.
  • Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai perintang masuknya warna ke serat kain (benang).
  • Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam diasol.
  • Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
  • Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan kain yang lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik membatik antara lain sebagai berikut:
  • Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam sebagaia bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik jumputan.
  • Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain.
  • Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
  • Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek tertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia antara lain Amri Yahya.
  • Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
  • Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk kain seragam sekolah.
Daerah penghasil batik di Jawa yang terkenal diantaranya Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon.
  1. Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan, mendong, pandan dan lain-lain.


  1. Teknik Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik menganyam, perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut lungsi dan pakan. Daerah penghasil tenun ikat antara lain
  1. Teknik membentuk
Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda dari bahan mentahnya.
Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik diantaranya:
ü  Teknik coil (lilit pilin)
ü  Teknik tatap batu/pijat jari
ü  Teknik slab (lempengan)
ü  Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
ü  Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan
4.      Fungsi Seni
Setiap karya seni rupa mempunyai fungsi tertentu, yaitu:
a.       Fungsi primer atau fungsi pribadi, yaitu fungsi untuk kepuasan pribadi bagi perupanya;
b.      Fungsi Sekunder atau fungsi social, yaitu fungsi untuk kepuasan bagi orang lain yang menikmatinya atau sebagai media komunikasi;
c.       Fungsi fisik atau pakai, yaitu untuk memenuhi kebutuhan fisik.

  1. Penciptaan Seni Kria

Seni kria yang diciptakan agar dapat memenuhi kepuasan pencipta dan pemakai atau penikmatnya, harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a)      Faktor estetis (nilai keindahan yang terkandung dalam karya seni tersebut), nilai ini dapat dicapai dengan memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa dan dengan keterampilan atau kecakapan tangan;
b)      Faktor artistik, nilai yang ditimbulkan oleh keindahan fisik/bentuk dan fungsi dari karya seni tersebut;
c)      Faktor kegunaan, kegunaan dari karya seni tersebut mempertimbangkan aspek keluwesan, kemanan, dan kenyamanan dari pemakainya.
d)     Faktor tempat, ukuran dan bentuknya harus mempertimbangkan tempat meletakkannya.
e)      Faktor rasa bahan, bahan yang digunakan harus juga mempertimbangkan keindahan bentuk, fungsi dan tempat. Misalnya bahan dari rotan bentuk apa yang mau dikerjakan, fungsinya untuk apa, penempatannya di mana, dsb.
f)       Faktor selera, karya seni kria yang dihasilkan harus memenuhi selera atau permintaan pemakai.
  1. Menilai Karya Seni Rupa Terapan (Seni Kria)
Menilai suatu karya seni kria, kita harus memahami proses apresiasi seni rupa secara utuh. Proses tersebut adalah pengamatan, penghayatan terhadap karya, dan pengalaman berkarya seni sehingga dapat menumbuhkan rasa kagum, sikap empati, dan simpati yang akhirnya mempunyai kemampuan menikmati, menilai, dan manghargai karya seni.
a)      Setiap karya seni rupa mempunyai nilai seni yang berbeda satu sama yang lainnya. Nilai suatu karya sangat ditentukan oleh kemampuan perupa karya seni itu sendiri yang meliputi:
ü  konsepsi atau gagasan;
ü  kreativitas dalam penciptaan karya;
ü  teknik pengerjaan yang menghasilkan corak tersendiri, namun tetap memperhitungkan sifat-sifat media/bahan;
ü  keunikan dalam pengaturan komposisi dan bentuk sehingga menghasilkan karya yang tampak unik (beda dengan yang lain).
Kualitas suatu karya selain tergantung dari perupanya juga  ditentukan oleh kualitas dan sifat dari media/bahan yang digunakan. Misalnya sebuah topeng yang dikerjakan dengan bahan kayu pule akan jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan menggunakan kayu meranti.
b)      Kriteria Menilai Karya Seni Rupa Terapan (Seni Kria)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkarya seni rupa dan apresiasinya adalah sebagai berikut:
ü  prinsip seni;
ü  fungsi seni;
ü  komposisi atau unsur seni
  1. Dibawah ini adalah beberapa contoh seni kriya:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLoChFJBM85i-ioRpODQ8RWNHHOFgtMGObkN87scZwjfsDYfrNm-o9WrPaH8-u6v1FgWV8Aky7BhA_jpE-xxtur1VflF23oX4cbLrp2ju4wCukNaPv3uUD9zwMNMr9TLeuSuRJSA07SzUX/s400/seni-kriya-.6.jpg
Boneka hasil anyaman hasil seni kriya

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvgGiWxsRTkR5YIjQ-jJMunbLK8XMFyLgehrSOXQ7ZCrPKHz131cbjHYRS_fmUlqf2pTDGzsLWMxWVci9AzIonKVMsYF9s431Tv97a83-sorOGPv_qB-JD8NiEO6lNPN6JWiW4fgOa6rpE/s400/seni-kriya-5.jpg
Wadah tempat untuk alat-alat tulis, pulpen, pensil, dll

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhezqaHJEfR_KjWm0xMyMQn4odT8f2nprlamCsIJO-Ga3Tln7vnzzQy4qVyZBvBSe49JIfJ3gtx3QhHg6YUhg7E4apwOajfL4rRmE7GatJlPvVGHAY_VVpO-VuT_9v0kxQAxn4R4ZQqBazr/s400/seni-kriya-.jpg
Ukiran Batik adalah salah satu contoh seni kriya

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIbazEfIYPh2JUMLSLyiJ6Q2IKhyRaaho3QvHslIZ068DaOn-Nbpa3N_fmtPdlu5DDUPLvNn7ax2MYVy5fEdO1CCDIz_vNUcSl3bDXTKFClODZyov6aZSJadqnOKau2IHUAIx9n_f7eU3N/s400/seni-kriya-1.jpg
Ukiran hiasan halaman rumah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2w5NFt_SRkRcsOfQBUDLRmser9Cuadke6MhJskirexgOF7Os83aPucGc7yKeCV3BBm9uq4WxJZvGSVP-s2MGoSyEDaUwAiIP0NhEWTsdnahQs9OypW4zt-PRKx4fjhB3Rt0MkU3ptbPXU/s400/seni-kriya-2.jpg
Meja dengan ukiran apik hasil dari seni kriya

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjHRbGPNYzX8p8hqr54eUXrYVNPbcGnmyjr0Xwx1JSYmID_st8tX5KPh-KScptzYVEz-6OxQzwWUtyApg4_Q9q8uA2G9mfBkBqswnV28aQ8-9IAMGXm9aXFmLI4U-8VwrKoHGKVT5iuLWB/s400/seni-kriya-3.jpg
Hiadan dinding terbuat dari kayu

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZEazaNcxYPljVGfloiURnA-I8HVbgnQenslUmF1NA1p7Gl_9h7kBLwmjyexIdboEjzYD6h0RH7mB3aCOve5NGX7ulVcxI_H-wHmHLt4G-gE3E_GyIyU-_DSUh9jAZ99ukhRsG6SbtkgtI/s400/seni-kriya-4.jpg
Kura-lira dari batok kelapa untuk hiasan lemari atau meja belajar

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMlACtNkXiIOlo4eGnTOaUCB6fwAMCjfUPbWlmcxOpb71BKQopOw-Q-7b5sUPTc6s0ubAxP_14kIPHu-KbqWvKN9Y-WGtJTeH7BnF1rCUhywhqVY2uQopEkM0dXzeqr9lhMTD3C5gUEKpt/s400/seni-kriya-.7.JPG
Sandal dengan dihiasi menghasilkan seni kriya yang lucu

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRp0H1nm4otDbg1-gdXdZo06oVM2sX0EuL6pV-N9-hJGdOD_8gMWgfTsT125hOAsB2GZPWkx7LginhOUpMzowlHPZNECez5nm_agz2KcgOeex96-sE8iNzRqPmV6ZHjXVeLzc9hos7oRNs/s400/seni-kriya-.8.png
Hiasan dinding, lukisan, wadah

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigsg7Hxiz7m9-gw64Na8wY_JtAe_47fOB_QQI_D-SNVTVEFp2P4g7ORSTfycqvOYdxbSqGwzlKQfwPjLmjwPuXrqGrTfzIryWdL6pXgpCfzrFur5aBXG012UfTMxmWkR4yr2xFQ0inEsqW/s400/seni-kriya-.9.jpg
Kursi rotan hasil seni kriya

TUGAS
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIbazEfIYPh2JUMLSLyiJ6Q2IKhyRaaho3QvHslIZ068DaOn-Nbpa3N_fmtPdlu5DDUPLvNn7ax2MYVy5fEdO1CCDIz_vNUcSl3bDXTKFClODZyov6aZSJadqnOKau2IHUAIx9n_f7eU3N/s400/seni-kriya-1.jpgDESIGN GRAFIS





Sejarah Perkembangan Desain Seni Kriya Di Indonesia
OLEH :
1.      HIDAYAT MARSANJANI
2.      L. WISNU ARSYANI
3.      L. ANDRE KUSUMA OKTARIZA
4.      ANTHORUL HAKIM MASRI


SMAN  1 SELONG